Masyarakat Lokal Kalteng “Terpinggirkan” Karena Perilaku
Menurut hasil penelitian, konon ada 11 faktor yang menjadi penyebab “kekurangan” orang Kalteng dan perilaku merupakan hal yang membuat proses marginalisasi itu kian terlihat.
Faktor-faktor itu antara lain :
1. Romantisme masa lalu, pengelolaan yang masih tradisional,
2. Etos kerja yang rendah dan konsumerisme.
3. Pandangan hidup yang kurang berorientasi ke masa depan,
4. Rendahnya sumber daya manusia (sdm),
5. Diversifikasi mata pencahariaan (tak hanya satu pekerjaan, red),
6. Perubahan keyakinan dan sistem nilai budaya.
7. Peran lembaga yang berkompeten baik pemerintah maupun swasta kurang berperan,
8. Sistem perekonominan yang dikuasai pihak luar (pendatang) dan berkurangnya hutan.
“Penelitian ini disponsori oleh pemerintah provinsi (Pemprov) Kalteng dan meliputi lima lokasi. Antara lain komunitas peladang berpindah di Desa Jangkang Kabupaten Kapuas, petani karet di Desa Buntoi Kabupaten Pulang Pisau dan pengrajin batu bata di Tamiang Layang Kabupaten Barsel.
Kemudian, petani rotan di Desa Talio Barsel dan pengrajin rotan di Desa Gohong Kabupaten Pulang
Pisau,” ujar Pjs Ketua STT GKE Banjarmasin, Pdt Dr Keloso S Uqak pada seminar sehari “Hasil Penelitian STT GKE Banjarmasin di Lima Desa Kalteng” di Aula Bapelkes, Kamis (12/10).
Peladang berpindah di Desa Jangkang menganggap berladang adalah warisan nenek moyang yang menjadi ciri khas kehidupan (faktor romantisme masa lalu, Red).
Jadi, yang dipikirkan hanya bagaimana mendapatkan lahan dan berladang di sana. Kebun karet di Desa
Buntoi dan rotan di Desa Talio kebanyakan dikelola secara tradisional akibat kurangnya dana dan dukungan pihak berkompeten. Sistem produksi dan perdagangan karet di Desa Buntoi, rotan di Desa Gohong dan batu bata di Tamiang Layang juga dikuasai oleh pendatang.
(Hasil penelitian Sekolah Tinggi Theologia (STT) Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Banjarmasin selama Juni – Juli 2005)
No comments:
Post a Comment